Tujuan di hari sabtu pagiku adalah pantai. Yap, gak ada
bosannya sama yang namanya pantai. Meskipun aku ini pecinta pantai, namun baru
sebagian pantai di Gunungkidul yang pernah aku kunjungi, mungkin baru
sepertiganya dari daftar seluruh pantai di Gunungkidul (yang katanya lebih dari 60 pantai).
Pantai jungwok. Pertama kali aku liat foto pantai itu
hatiku bergetar, jantungku berdegub kencang, tanganku segera meraih mouse dan
meraba – rabanya dan “klik” ~ Pantai Jungwok (takok mbah google), mataku mulai
terpusat pada barisan barisan kalimat itu, mencari – cari petunjuk yang lebih
detail dari pantai itu.
“Lokasi pantai
Jungwok terletak di sebelah timur pantai Wediombo”. Wah... Wediombo uda 2
kali kesana, bisa ini ditemukan ini “pikirku.
Muncul pertanyaan di otakku. Kesananya mau sama siapa? Pacar? Jauh menn!! Temen? Temenku sih
udah pada main sendiri – sendiri sama cowoknya, aku?? #NasibTunaAsmara.
Ya udah akhirnya aku memutuskan untuk blusukan sendiri
(udah biasa kemana – mana sendiri sih). Tapi ada temenku motret dan dia orannya
sangat edan sekali, mau nemenin. Oke kita segera capcus kesana.
Oh iya
yang belum tau pantai Wediombo, pantai ini terletak di Jepitu, Girisubo,
Gunungkidul. Untuk menuju pantai itu bisa lewat jalur pantai Baron, jalur
pantai Siung atau bisa juga lewat Semanu. Dan berhubung temenku rumahnya daerah
Semanu, akhirnya aku memutuskan untuk lewat Semanu, padahal jalannya aja aku
belum tau. Tapi karena temenku baik hati, dia mau jemput aku tapi juga
jemputnya gak langsung di Wonosari (kejauhan menn), aku harus nyari lokasi
Pasar Semanu terus jalan terus ke arah selatan lalu nyari yang arah Panggul. Padahal
aku belum pernah menjamah daerah situ. Okelah, yang penting ada ilmu tanya –
tanya sama orang.
Yeah,
dengan modal peta buta, 3x tanya – tanya dan telfon temenku beberapa kali,
ahirnya kita ketemu. Horeeeee....
Langsung
kita capcus ke pantai Wediombo dan cuaca agak mendung, semoga tidak hujan.
 |
| Wediombo = pasir yang luas |
 |
| terpampang nyataaa indahnya :D |
 |
Meskipun udah beberapa kali kesini, tetep gak mau dong kalo gak foto - foto disini :D
|
 |
| dikomen
kancaku : "mungkin laire pengen lanang ikih kok penekan", huehehe..
entahlah, tapi mungkin aku ini wanita bermental lelaki, menyukai
tantangan dan segala yang mememacu adrenalin :D |
 |
| Disini juga dijadikan tempat ritual, hayo siapa yang bisa mengartikan 4 kalimat itu? :D |
|
|
Setelah
puas foto – foto kita capcus ke pantai Jungwok, dengan modal tanya – tanya sama
nelayan dan warga disekitar pantai. Setelah petunjuk dirasa cukup, kita
lanjutkan perjalanan lagi. Dan lagi – lagi aku berjalan dengan peta buta.
 |
| Jalan setapak menuju Pantai Jungwok, jane ra yakin tapi yoo tetep diturut :D |
Kita berjalan mengikuti jalan setapak itu, dan setelah berjalan sekitar 5 menit tampampanglah hamparan
sawah dengan padi yang mulai menguning dan bukit – bukit yang nampak hijau. Benar - benar
terpampang nyata di depan kita (Syahrini beudhh).
 |
| segerrrr..... jane panas banget ikih :D |
 |
| Pemandangan yang jarang kita temui di daerah perkotaan, pinggir jurang loh kui, kudu ngati - ati :D |
Sambil
menikmati pemandangan, kita terus berjalan mengikuti jalan setapak.
Beberapa kali kita bertegur sapa dengan warga yang sedang meladang,
sambil bertanya memastikan apakah jalan ini benar menuju Pantai Jungwok
(Hal yang paling aku sukai saat blusukan kayak kini dan ketemu para
warga adalah mereka itu ramah banget :). Terlihat juga beberapa kandang
sapi dan ada sapinya (Niat banget ya, mereka bawa sapi mereka kesini,
padahal jalannya aja kayak gini :D... yang jelas sih tetep aman, dan
tentunya dekat dengan makanan sapi, banyak rumputnya, haruse aku kesini
itu bawa kranjang ya, sekalian nyariin rumput buat sapiku dirumah :D.
Setelah
berjalan sekitar 20 menit, deburan ombak mulai terdengar. Suaranya seakan –
akan memanggil – manggilku untuk segera datang. Yeah, mungkin ini semacam
panggilan alam. Semangat
semakin membara meskipun panas terik matahari yang begitu
menyengat kulit.
 |
| Pintu gerbang masuk pantai :D |
Dan jeng
– jeng....
 |
| terpampang nyata :D |
 |
| sisi sebelah timur |
 |
| sisi sebelah barat |
Ini dia
pantai Jungwok, cukup bagus, sepi, dan tentunya masih perawan. Tidak banyak
sudut – sudut yang tak potret karena matahari semakin garang memancarkan
sinarnya. Tepat pukul 11.30 kita nyampe sana. Wohh... nanas beuth kakak!!!!
Tapi
untunglah disana ada banyak pohon – pohon serat yang bisa untuk berteduh. Tempat
yang nyaman untuk tiduran, mendengarkan alunan deburan ombak yang indah, dan
menyatu dengan alam.
Sayangnya,
perut gak bisa diajak kompromi. Lapaaarrrr!!! Jangan harap kalau kesana bisa
nemu nasi goreng atau es jeruk di pantai itu. Kecuali kalau bawa bekal sendiri.
Dan karena perut sudah menjerit – jerit kita memutuskan untuk kembali ke pantai
Wediombo.
Sesampai
di pantai Wediombo kita segera nyari mushola buat sholat dzuhur (Ingat Allah,
mensyukuri semua nikmat ini :). Kondisi
mushola disini cukup baik, tapi sayang, tempat wudhunya itu gak ada airnya. Kita
nyari toilet yang juga gak semua toilet buka dan ada airnya. Sepertinya masalah air menjadi
kendala disini, dan juga tak liat ada sampah – sampah yang berserakan. (Hmmm...
ada baiknya loh, kita peduli sama pantai yang indah ini, gak mau kan pantai ini
nantinya jadi penuh sampah. Dimulai hal kecil aja, JANGAN BUANG SAMPAH
SEMBARANGAN!! Kayak temenku kemarin tak marahin gara – gara membuang botol
bekas minum sembarangan, tak ambil lagi terus tak masukin tas, ntar kalo ada
tempat sampah baru dibuang, kalo gak ada ya tak bawa pulang nanti tak taruh
ditempat sampah rumah. Okesip!!! Plissss dehhh, yukk kita jaga lingkungan
kita!!)
Akhirnya
kita wudhu dengan air seadanya yang ada didalam toilet. Setelah sholat kita
capcus ke warung. Tidak banyak menu makanan yang dapat dipilih disini, dan kita
milih menu mie rebus, lumayan cukup mengisi perut yang keroncongan.
Selesai
makan, kita gak langsung pulang, temenku sih udah ngajak pulang, tapi aku masih
belum puas menikmati keindahan pantai ini. Kita turun lagi kepantai, menikmati
suasana pantai, ketawa ketiwi ngakak edan dan ngobrol ngalor ngidul sambil
jeprat jepret.
Makin
sore suasana sudah tidak panas menyengat kayak tadi, matahari sudah mulai
turun, angin pantai bertiup sepoi – sepoi menyapa kulit dengan lembutnya,
euhhh... nyaman banget, jadi males pulang. Yakin deh, ajak tuh pacarnya liat sunset di sini, aih aihh... bakalan romantis benerr dehhh!!!
Tapi setelah mikir nanti pulangnya
gelap, dan rumahku jauhhh beut dari sini, hampir 2 jam perjalanan untuk nyampe
Pathuk. Kita pulang.
Satu yang aku sesalkan sampai detik ini,
sunsetnya meennn!!!!
Pas di
bawah tadi belum jadi sunsetnya, baru pas nyampe atas, WOW..... mentari yang
sepenuhnya bulat, melingkar dengan indah berwarna orange keemasan, memantulkan
sinarnya ke air laut yang beriak tenang. Subhanallah, indah bangetttttt!!!!! Sungguh
ciptaan Tuhan yang luar biasa.
Tapi
kalo udah nyampe atas, gak bisa motret mentari itu bareng sama pasir, bebatuan
dan air laut. Ya udahhh deh.....
Next
time, sunset ituuuu... aku pengennn lagiii, mungkin kesananya harus sore aja,
terus ng-camp disana :D
Ide selanjutnya.
:D
Yuk kita jaga alam kita, JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN!
Salam akbar muzaki